MENGIDENTIFIKASI NILAI – NILAI
DALAM HIKAYAT
Cerita rakyat sudah tidak asing di telinga kamu. Kamu
sering mendengar cerita rakyat, mungkin diceritakan oleh ayah atau ibu kamu
saat kamu kecil. Sudahakah kamu mengenal cerita rakyat yang berupa hikayat?
Cerita hikayat memiliki banyak ragam, salah satunya
adalah hikayat. Hikayat merupakan cerita Melayu klasik yang menonjolkan unsur
penceritaan berciri kemustahilan dan kesaktian tokoh-tokohnya.
Hikayat adalah salah satu bentuk sastra karya prosa lama
yang isinya berupa cerita, kisah, dongeng maupun sejarah. Umumnya mengisahkan
tentang kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kekuatan/kesaktian, dan
mukjizat sang tokoh utama.
Menurut KBBI, hikayat berarti karya sastra lama Melayu
berbentuk prosa yang berisi cerita, undang –undang, dan silsilah bersifat
rekaan, keagamaan, historis, biografis, ataugabungan sifat- sifat itu, dibaca
untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekadar untuk meramaikan
pesta, misalnya Hang Tuah, Perang Palembang, Seribu Satu Malam, dan lain- lain.
Ciri-ciri
hikayat dapat dibedakan menjadi 9 yaitu:
- Anonim: Pengarangnya tidak dikenal
- Istana Sentris: Menceritakan tokoh yang berkaitan dengan kehidupan istana/kerajaan
- Bersifat Statis: Tetap, tidak banyak perubahan
- Bersifat Komunal: Menjadi milik masyarakat
- Menggunakan bahasa klise: Menggunakan bahasa yang diulang-ulang
- Bersifat Tradisional: Menentukan budaya/tradisi/kebiasaan yang dianggap baik
- Bersifat Didaktis: Didaktis moral maupun didaktis religius (Mendidik)
- Menceritakan Kisah Universal Manusia: Peperangan antara yang baik dengan yang buruk, dan dimenangkan oleh yang baik
- Magis: Pengarang membawa pembaca ke dunia khayal imajinasi yang serba indah
Macam-macam hikayat dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu :
Macam-macam
Hikayat berdasarkan isinya:
- Cerita Rakyat
- Epos India
- Cerita dari Jawa
- Cerita-cerita Islam
- Sejarah dan Biografi
- Cerita berbingkat
Macam-macam
Hikayat berdasarkan asalnya:
- Melayu Asli
Contohnya: Hikayat Hang Tuah, Hikayat Si Miskin, Hikayat
Indera Bangsawan, Hikayat Malim Deman.
- Pengaruh Jawa
Contohnya: Hikayat Panji Semirang,
Hikayat Cekel Weneng Pati, Hikayat Indera Jaya.
- Pengaruh Hindu
Contohnya: Hikayat Sri Rama, Hikayat
Perang Pandhawa, Hikayat Sang Boma, Hikayat Bayan Budiman.
- Pengaruh Arab-Persia
Contohnya: Hikayat Amir Hamzah,
Hikayat Bachtiar, Hikayat Seribu Satu Malam.
Unsur-Unsur Hikayat
Alur (plot)
o Merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan
sebab-akibat.
Tema
o Merupakan inti atau ide dasar sebuah cerita. Dan ide dasar itulah cerita
dibangun oleh pengarangnya dengan memanfaatkan unsur-unsur intrinsik seperti
plot, penokohan, dan latar. Tema merupakan pangkal tolak pengarang dalam
menceritakan dunia rekaan yang diciptakannya.
Penokohan
o Penokohan adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter
tokoh-tokoh dalam cerita.
Sudut Pandang
o Sudut pandang adalah posisi pengarang dalam membawakan cerita.
Latar (setting)
o Latar (setting) adalah keadaan tempat, waktu, dan suasana berlangsungnya
suatu cerita
Amanat
o Amanat merupakan ajaran moral atau pesan didaktis yang ingin disampaikan
pengarang pada pembaca melalui karyanya.
Hikayat banyak memiliki nilai kehidupan. Nilai-
nilai kehidupan tersebut dapat berupa
nilai religius(agama), moral, budaya, sosial, edukasi(pendidikan), dan
estetika(keindahan). Perhatikan contoh teks dan
analisis nilai yang terdapat dalam Hikayat Si Miskin berikut!
CONTOH TEKS
Hikayat dengan Menggunakan Bahasa Melayu
Hikayat Si Miskin
Ini hikayat cerita
orang dahulu kala sekali peristiwa Allah Swt. menunjukkan kekayaan- Nya kepada
hamba-Nya. Maka adalah seorang miskin laki bini berjalan mencari rizkinya
berkeliling negara antah-berantah. Adapun nama raja di dalam negara itu
Maharaja Indera Dewa. Namanaya terlalu amat besar kerajaan baginda itu.
Beberapa raja di tanah Dewa itu takluk kepada baginda dan mengantar upeti
kepada baginda setiap tahun.
Hatta, maka pada suatu
hari baginda sedang ramai dihadapi oleh
segala raja-raja, menteri, hulubalang, rakyat sekalian di penghadapannay. Maka
si msikin itupun sampailah kepenghadapan itu.setelah dilihat oleh orang
banayak, si Miskin laki bini dengan rupa kainnya seperti dimamah anjing
rupanya. Maka orang banayk itupun ramailah tertawa seraya mengambil kayu dan
batu. Maka dilemparilah akan si miskin itu kena tubuhnya habis bengkak –bengkak
dan berdarah. Maka segala tubuhnya pun berlumur dengan darah. Maka orang pun
gemparlah. Maka titah baginda,”Apakah yang gempar di luar itu?” Sembah segala
raja –raja itu,”Ya Tuanku Syah Alam, orang melempar si Miskin Tuanku.” Maka
titah baginda,”Suruh usir jauh-jauh!” Maka diusir oranglah akan si Miskin
hingga sampailah ke tepi hutan. Maka orang banyak itupun kembalilah. Maka
haripun malamlah. Maka bagindapun berangkatlah masuk ke dalam istananya itu.
Maka segala raja- raja dan menteri, hulubalang rakyat sekalian itupun masing-
masing pulang ke rumhnya.
Adapun akan si Miskin
itu apabila malam iapun tidurlah di dalm hutan itu. Setelah siang hari, maka ia
pun pergi berjalan masuk ke dalam negeri mencri rizkinya. Maka apbila sampailah
dekat dengan kepada kampung orang. Apabila orang yang empunya kampung itu
melihat akan dia. Maka diusirlah dengan kayu. Maka si Miskin itupun larilah. Ia
lalu ke pasar. Maka apabila dilihat oleh orang pasar itu si Miskin datang, maka
masing –masing pundatang ada yang melontari dengan batu, ada yang memalu dengan
kayu. Maka si Miskin itupun larilah tunggang langgang, tubuhnya habis
berlumuran dengan darah. Maka menangislah ia berseru – seru sepanjang jalaan
itu dengan tersengat lapar dahaganya seperti alan matilah rsanya. Maka ia pun
bertemu dengan tempat orang membuangkan sampah – sampah. Maka berhentilah ia di sana. Maka
dicaharinyalah di dalm sampah yang tertimbun itu barang yang boleh dimakan.
Maka didapatinyalah ketupat yang sudah basi dibuangkan oleh orang pasar itu
dengan buku tebu lalu dimakannya ketupat yang sebiji itu laki bini. Setelah
sudah dimakannya ketupat itu maka barulah dimakannya buku tebu itu. Maka adalah
segar sedikit rasanya tubuhnya karena beberapa lamanya tiada merasai nasi.
Hendak mati rasanya. Ia
hendak meminta ke rumah orang takut. Jangankan diberi orang barang sesuatu,
hampir kepada rumah orang itu pun tiada boleh. Demikianlah si Miskin itu sehari
–hari.
Hatta, maka haripun
petanglah. Maka si Miskin pun berjalanlah masuk ke dalam hutan tempatnya
sediakala itu. Di sanalah ia tidur. Maka disapunyalah darah- darah yang di
tubuhnya tiada boleh keluar karena darah itu sudah kering, maka si Miskin
itupun tidurlah di dalam hutan itu. Setelah pagi hari, mak berkatalh si Miskin
kepada isterinya,”Ya Tuanku, matilah rasaku ini. Sangatlah sakit rasanya
tubuhku ini. Maka tiadalah berdaya lagi hancurlah rasanya rasanya anggotaku
ini.” Maka iapun tersedu – sedu menangis. Maka terlalu belas rasa hati
isterinya melihat laku suaminya demikian itu. Maka iapun menangis pula seraya
mengambil daun kayu lalu dimamahnya. Maka disapukannyalah seluruh tubuh
suaminya sambil ia berkata, “Diamlah, tuan jangan menangis.”
Maka selaku ini adapun
akan si Miskin itu aslinya daripada raja keinderaan. Maka kena sumpah Batara
Indera maka jadilah ia demikian itu. Maka adalah suaminya itu pun segarlah segarlah sedikit tubuhnya. Setelah itu, maka
suaminya pun masuk ke dalam hutan mencari ambat muda yang patut dimakannya.
Maka dibawanyalah kepada isterinya. Maka demikianlah laki bini.
Hatta beberapa lamanya maka isteri si Miskin itupun
hamilah tiga bulan lamanya. Maka istrinya menangis hendak makan buah mempelam
yang ada dalam taman raja itu. Maka suaminya itu pun terketukkan hatinya
tatkala ia di Keinderaan menjadi raja tiada ia mau beranak. Maka sekarang tulah
mudhorot. Maka baharulah hendak beranak seraya berkata kepada istrinya,”Ayo hai
Adinada. Tuan hendak membunuh kakandalah rupanya ini. Tidakkah tuan tahu akan
hal kita yang sudah lalu itu? Jangankan hendak meminta barang suatu, hampir
kepada kampung tiada boleh.”
Setelah didengar oleh
istrinya kata suaminya demikian itu, maka makinlah sangat ia menangis. Maka
kata suamiya, “Diamlah tuan, jangan menangis! Berilah kakanda pergi
mencaharikan tuan buah mempelam itu, jikalau dapat oleh kakanda akan berikan
pada tuan.”
Maka istrinya itu pun
diamlah. Maka suaminya itu pergilah ke pasar mencahari buah mempelam itu. Setelah
sampai di orang berjualan buah mempelam, maka si Miskin itu pun berhentilah di
sana. Hendak pun dimintanya takut ia akan dipalu orang. Maka kata orang yang
berjualan buah mempelam,”Hai Miskin. Apa
kehendakmu?”
Maka sahut si Miskin,
“Jikalau ada belas dan kasihan serat rahim tuan akan hamba orang miskin hamba
ini minta diberikan yang sudah terbuang itu. Hamba hendak memohonkan buah
mempelam tuan yang sudah busuk itu barang sebiji sahaja tuan.”
Maka terlalu belas hati
sekalian ornag pasar itu yang mendengar kata si Miskin. Seperti hancurlah rasa
hatinya. Maka ada yang memberikan buah mempelam, ada yang memberikan nasi, ada
yang memberikan kain baju, ada yang memberikan buah-buahan. Maka si Miskin
itupun heranlah akan dirinya oleh sebab diberi orang pasar itu berbagai jenis
pemberian. Adapun akan dahulunya jangankan diberinya barang suatu hampirpun
tiada boleh. Habislah dilemparnya dengan kayu dan batu. Setelah sudah ia
berpikir dalam hatinya demikian itu, maka ia pun kembalilah ke dalam hutan
mendapatkan istrinya.
Maka katanya, “Inilah
tuan, buah mempelam dan segala buah-buahan dan makan-makanan dan kain baju.” Itupun
diinjakkannyalah istrinya seraya menceritakan hal ihwalnya tatkala ia di pasar
itu. Maka istrinya pun menangis tiada mau makan jikalau bukan buah mempelam
yang di dalam taman raja itu.” Biarlah aku mati sekali.”
Maka terlalulah sebal
hati suaminya itu melihatkan akan kelakuan istrinya itu seperti orang yang
hendak mati. Rupanya tiadalah berdaya lagi. Maka suaminya itu pun pergilah
menghadap Maharaja Indera Dewa itu. Maka baginda itupun sedang ramai dihadap
oleh segala raja-raja.Maka si Miskin datanglah.Lalu masuk ke dalam sekali.Maka
titah baginda,”Hai Miskin,apa kehendakmu?”maka sahut si Miskin,”Ada juga
tuanku.”lalu sujud kepalanya lalu diletakkanya ke tanah,”Ampun
Tuanku,beribu-ribu ampun Tuanku.Jikalau ada karenanya Syah Alam akan patuhlah
hamba orang yang hina ini hendaklah memohonkan daun mempelam Syah Alam yang
sudah gugur ke bumi itu barangkali Tuanku.
Maka titah baginda,”Hendak
engkau buatkan apa daun mempelam itu?” Maka sembah si Miskin,”Hendak dimakan,
Tuanku.” Maka titah baginda,”Ambilkanlah barang setangkai berikan kepada si
Miskin ini”.
Maka diambilkan
oranglah diberikan kepada si Miskin itu. Maka diambillah oleh si Miskin itu
seraya menyembah kepada baginda itu. Lalu keluar ia berjala kembali. Setelah
itu maka baginda pun berangkatlah masuk kedalam istananya maka segala raja-raja
dan menteri hulubalang rakyat sekalian itupun masing-masing pulang kerumahnya.
Maka si Miskin pun sampailah kepada tempatnya. Setelah dilihat oleh istrinya
akan suaminya datang itu membawa buah mempelam setangkai. Maka ia tertawa-tawa.
Seraya disambutnya lalu dimakannya.
Maka adalah antaranya
tiga bulan lamanya.Maka ia pun menangis pula hendak makan nangka yang di dalam
taman raja itu juga.Maka si Miskin itu pun pergilah pula memohonkan kepada
baginda itu.Maka sujudlah pula ia kepada baginda.Maka titah baginda,”Apa pula
kehendakmu hai Miskin?”
Maka sahut si
Miskin,”Ya Tuanku, ampun beribu-ribu ampun.” Sahut ia sujud kepalanya lalu
diletakkannya ketanah. Sahut ia berkata pula,”Hamba ini orang yang miskin.
Hamba minta daun nangka yang gugur ke bumi, barang sehelai.” Maka titah baginda,”Hai
Miskin, hendak kau buatkan apa daun nangka? Baiklah aku beri buahan barang
sebiji.”Maka diberikan kepada si Miskin itu. Maka ia pun sujud seraya bermohon
kembali mendapatkan istrinya itu.
Hatta maka dengan hal
yang demikian itu maka genaplah bulannya.Maka pada ketika yang baik dan saat
yang sempurna pada malam empat belas hari bulan.Maka bulan itu pun sedang
terang.Maka pada ketika itu istri si Miskin itu pun beranaklah seorang anak
laki terlalu amat baik parasnya dan elok rupanya.Maka dinamainya akan anaknya
itu markaromah artinya anak didalam kesukaran.Maka dipeliharakannyalah anak
itu.Maka terlalu amat kasih sayang nya akan anak itu.Tiada boleh bercerai
barang seketika jua pun dengan anaknya Markaromah itu.
Hatta,maka dengan
takdir Allah SWT menganugrahi kepada hambanya. Maka si Miskin pun menggalilah
tanah hendak berbua tempatnya tiga beranak itu.Maka digalinyalah tanah itu
hendak mendirikan tiang teratak itu.Maka tergalilah kepada sebuah telaju yang
besar berisi emas terlalu banyak.Maka istrinya pun datanglah melihat akan emas
itu.Seraya berkata kepada suaminya,”Adapun akan emas ini sampai kepada anak
cucu kita sekalipun tada habis dibuat belanja”
sumber: buku paket bahasa Indonesia kurikulum 2013 edisi revisi 2016
Hikayat dengan Menggunakan Bahasa
Indonesia
Hikayat Si Miskin
Dahulu
kala, ada sepasang suami istri
berkeliling untuk mencari rizki di negara antah- berantah. Karena
penampilannya, ia dijuluki si Miskin. Kerajaan tersebut dipimpin oleh Maharaja
Indera Dewa. Beberapa raja di tanah tersebut tunduk kepada Baginda Raja Indera
Dewa dan selalu mengantar upeti setiap tahun.
Pada suatu
hari, semua orang baik para raja, menteri, prajurit maupun rakyat berkumpul di
istana sang Maharaja. Situasi yang ramai semakin ramai saat melihat Si
Miskin di tengah –tengah mereka dengan baju compang camping seperti terkoyak
anjing. Melihat penampilan mereka yang jauh dari kata layak pakai, orang –
orang menertawakan mereka dan tak
segan- segan melempari mereka dengan
kayu dan batu. Seluruh tubuh Si Miskin berlumuran darah dan bengkak – bengkak.
“Apa yang terjadi? Kenapa ribut sekali” tanya Baginda saat mendengar keributan
di istananya. “Orang – orang melempari Si Miskin, Yang Mulia” jawab raja yang
lain. “Usir mereka jauh – jauh!”titah Baginda Raja Indera Dewa. Si Miskin di
usir dari istana. Aktivitas di istana kembali seperti semula, ramai namun
tenang tanpa kericuhan. Hari sudah beranjak malam, seluruh raja, menteri, prajurit, serta rakyat
itupun masing –masing pulang ke rumahnya.
Saat malam
tiba, Si Miskin tidur di dalam hutan. Di siang hari, mereka pergi ke kampung
untuk mencari makan. Namun, saat ke kampung bukan makanan apalagi uang yang
mereka dapatkan, malah pukulan dari kayu
yang mereka dapatkan. Tidak hanya sampai di situ, saat mereka di pasar orang –
orang melontari mereka dengan batu dan dipukul dengan kayu. Si Miskin lari
tunggang langgang dengan tubuh berlumuran darah. Ia menangis tersedu –sedu di
sepanjang jalan dengan tersengat rasa
lapar dan dahaga dan kesakitan di sekujur
tubuhnya. Ia berhenti di tempat pembuangan sampah dan memungut makanan yang
masih bisa dimakan. Beruntung mereka mendapat sebuah ketupat yang bisa mereka
makan. Mereka ingin meminta ke rumah orang tetapi takut. Jangankan diberi
makan, hanya mendekati rumahnya saja ia sudah diusir terlebih dahulu. Itulah
keseharian Si Miskin.
Hari sudah
petang, Si Miskin kembali ke hutan tempat di mana ia tinggal. Setelah
membersihkan darah-darah yang telah mengering di tubuhnya, mereka tidur di
dalam hutan. Pagi hari, Si Miskin berkata kepada istrinya dengan menangis
tersedu- sedu ,“Istriku, rasanya aku seperti ingin mati. Tubuhku rasanya hancur
lebur karena rasa sakit ini.” Melihat keadaan suaminya, Sang Istri merasa
kasihan dan ikut menangis. Dia mengunyah daun kayu hingga halus lalu dioleskan
di tubuh suaminya berharap dapat mengobati luka- luka tersebut. “Diamlah,
jangan menagis,”tutur Sang Istri menahan isakannya.
Sebenarnya,
Si Miskin adalah seorang raja keinderaan yang dikutuk oleh Batara Indera hingga
ia menjadi seperti itu. Tubuhnya sudah lebih segar. Kemudian, ia masuk ke dalam
hutan untuk mencari ambat muda yang layak untuk dimakan ia dan istrinya.
Setelah
beberapa lama kemudian, isteri si Miskin itu hamil. Diusia kandungan yang
ketiga bulan, istrinya ingin makan buah mangga yang ada di dalam taman raja. Ia
menangis sampai membuat si Miskin tak tega melihatnya. Terbayang dahulu di
Keinderaan, saat ia menjadi raja ia tidak mau memiliki anak dan sekarang telah
diberi keturunan. “Bagaiamana bisa Kakanda minta pada mereka setelah apa yang
telah kita alami sebelumnya? Jangankan ingin meminta nasi sesuap, mendekati
mereka saja tidak boleh,” tutur si Miskin.
Mendengar
perkataan suaminya, sang istri menangis semakin hebat. “Tenanglah Adinda,
jangan menangis. Kakanda akan mencarikan buah mangga itu, jika dapat kakanda
akan berikan kepada adinda,”kata si Miskin. Sang istri pun tidak menangis lagi.
Si Miskin pergi ke pasar mencari buah mangga. Setelah sampai di tempat orang
yang berjualan mangga, ia takut dipukul orang karena meminta buah- buahannya.
Kata penjual buah mangga,” Hai Miskin, Apa maumu?” “Jika dibolehkan, saya ingin
meminta buah yang sudah busuk itu satu saja untuk istri saya yang tengah
mengandung,” sahut si Miskin.
Karena
kasihan dengan si Miskin, orang – orang yang bersimpati padanya ada yang
memberikan buah mangga, nasi, baju, dan buah-buahan lainnya. Si Miskin pun
keheranan, bagaimana mungkin sekarang ia mendapatkan berbagai pemberian, di
saat dulunya ia hanya mendapatkan pukulan kayu dan lemparan batu. Setelahnya,
ia kembali ke dalam hutan menemui istrinya. “Ini adinda, buah mangga yang kamu
pinta dan buah-buahan, makanan, serta baju,” tutur Si Miskin. Mengalirlah
cerita yang ia alami di pasar tadi, bagaimana dan apa yang terjadi di sana
kepada istrinya. Sang istri pun menangis kembali, tatkala ia mengetahui buah
mangga itu bukan berasal dari taman raja melainkan dari pasar. “Biarkan saja
aku mati,”tandasnya.
Si Miskin
kesal saat istrinya seperti mengatakan ingin mati, sungguh ia tidak tega.
Dengan tekadnya, ia menghadap Maharaja Indera Dewa. Setibanya di istana,
keramaian melingkupi Maharaja Indera Dewa. “Hai, Miskin, apa maumu?” tutur
Maharaja melihat kedatangan si Miskin saat raja- raja sedang menghadapnya. “Yang Mulia,”sahut si Miskin lalu bersujud kepada
Maharaja. “Ampun Yang Mulia, ampun beribu –ribu ampun, jikalau boleh hamba
orang yang hina ini meminta buah mangga yang sudah jatuh di taman Yang
Mulia,”pinta si Miskin. “Hendak kau apakan buah mangga itu?”kata Maharaja.
“Hendak dimakan, Yang Mulia,”sahut si Miskin. “Ambilkan buah mangga dan berikan
kepada si Miskin ini,”titah sang Maharaja pada pengawalnya. Setelah mendapatkan
buah mangga itu, si Miskin menyembah kepada sang Maharaja kemudian kembali ke
dalam hutan. Istrinya menyambut dengan suka cita buah mangga yang dibawakan
suaminya dan memakannya dengan hati gembira.
Tiga bulan
kemudian, sang istri ingin memakan nangka yang di dalam taman raja juga. Si
Miskin kembali menghadap sang Maharaja. “Apa lagi maumu, hai Miskin?”tanya
Maharaja. “Yang Mulia, ampun beribu ampun,”
sahutnya sembari bersujud. “Hamba ini orang miskin. Bolehkah hamba
meminta daun nangka yang gugur barang sehelai saja?”lanjutnya. “Hendak kau
apakan daun nangka itu? Baiklah aku beri satu buah nangka saja,” tutur sang
Maharaja. Si Miskin pun bersujud dan berterimakasih.
Sesudahnya,
ia kembali ke dalam hutan dan menyerahkan buah nangka itu. Selama istrinya
hamil, ia banyak mendapat makanan- makanan, beras, baju, dan segala perkakas –
perkakas dari orang yang bersimpati padanya.
Terang bulan,
istri si Miskin melahirkan seorang anak laki- laki yang begitu rupawan. Anak
itu mereka namai Markaromah yang artinya “Anak di dalam kesukaran”. Mereka
merawat anak mereka dengan penuh kasih sayang.
Karena
takdir Tuhan si Miskin yang menggali tanah menemukan sebuah telaju besar berisi
emas yang banyak. Istrinya pun datang dan melihat lalu berkata,”Adinda yakin,
emas ini tidak akan habis tujuh turunan.” Sejak saat itu, si Miskin menjadi
orang yang kaya.
Identifikasi Nilai – Nilai dalam Hikayat
Nilai
|
Konsep
nilai
|
Kutipan
Teks
|
Agama
|
·
Percayalah pada Tuhan bahwa Dialah yang menentukan nasib manusia.
|
Karena
takdir Tuhan si Miskin yang menggali tanah menemukan sebuah telaju besar
berisi emas yang banyak.
|
Sosial
|
·
Kita harus saling tolong-menolong terhadap sesama dan pada orang yang
membutuhkan tanpa rasa pamrih.
·
Hendaknya kita mau berbagi untuk meringankan beban orang lain.
|
Karena
kasihan dengan si Miskin, orang – orang yang bersimpati padanya ada yang
memberikan buah mangga, nasi, baju, dan buah-buahan lainnya.
|
Budaya
|
·
Budaya menyembah seorang raja /
tunduk kepada raja
|
“Yang
Mulia,”sahut si Miskin lalu bersujud kepada Maharaja.
|
Moral
|
·
Kita harus bersikap bijaksana dalam menghadapi segala hal di dalam
hidup kita.
|
Mendengar
perkataan suaminya, sang istri menangis semakin hebat. “Tenanglah Adinda,
jangan menangis. Kakanda akan mencarikan buah mangga itu, jika dapat kakanda
akan berikan kepada adinda,”kata si Miskin. Sang istri pun tidak menangis
lagi.
|
Terimakasih atas kunjungannya. :)
Kesalahan ada pada penulis, saya menerima kritik dan saran dengan tangan terbuka...
Semoga bermanfaat!!!